aichankawaii: (Default)
[personal profile] aichankawaii
JADI3.jpg

Genre: Romantis, School Daily
Rating: PG-15
Summary: WARNING! full of Delusions
Pemain:
Aimizu Cherry:
Mizuno Sakura: Sekar
Hashimoto Rin: Nita
Minamoto Ai: Ai
Sakamoto Chie: Chiel

Hey! Say! JUMP
Yaotome Hikaru
Chinen Yuri
Yamada Ryosuke
Inoo Kei
Okamoto Keito
Arioka Daiki (extras)

Ide cerita Asli: Sekar Kinanthi
Pic Ilustrator: Chiel Chielo


Ai berdiri di depan pintu kelas 3-A. Dia masih belum bisa melupakan desahan napas Inoo yang menyentuh wajahnya dan lembutnya bibir yang menyentuh pipinya.
"Doushiyo...(bagaimana ini)" gumamnya sambil menghela napas.
Ai mencoba menguatkan dirinya dan membuka pintu geser kelasnya. Matanya langsung bertemu dengan mata Inoo. Ai yang tidak bisa menutupi rasa malunya langsung menundukan kepalannya dan berjalan menuju mejanya yang berada di samping meja sang ketua osis itu. Sehingga mau tidak mau ia harus lewat di depan cowok itu.

"Ohayo Minamoto!!!" sapa seorang teman sekelasnya yang bernama Yaotome Hikaru, ketua klub Atletik.
"Ohayo" jawab Ai pelan.
"Are..Mezurashiina (eh? tumben)... ada apa dengan kalian? " tanya Hikaru yang menyadari gelagat aneh dua temannya itu. keduanya terlihat canggung dan saling membuang pandangan.
"Nani mo nai... (nggak ada apa apa)" jawab Ai mencoba untuk menahan rasa malunya.
"Sou desuka? (benarkah?)" Hikaru memandang Inoo yang ada di depannya dengan tatapan curiga.
"Sou Desuyo. Aku dan Minamoto tidak kenapa-napa kok. hahahha" Inoo tertawa renyah sambil menepuk pundak Ai pelan.
"hmm..." Hikaru pura-pura paham. "ah sou (oh iya)... Kei.. kamu kenal sama Mizuno Sakura, tidak?," ucapnya teringat sesuatu.
"Mizuno? Namanya seperti tidak asing. Memang kenapa?"
"iya (nggak)... hanya penasaran saja," jawab Hikaru sambil tersenyum penuh makna.
"Pasti ada sesuatu, bukan?"
Hikaru hanya tertawa. "Kau kenal tidak?? ketua OSIS macam apa kamu kalau sampai tidak tahu!"
"Kau pikir aku petugas sensus sekolah? aku mana bisa hapal ratusan murid di sekolah ini"
"Aku kenal.." sambar Ai.
Hikaru langsung menoleh penuh rasa penasaran. "Minamoto, dare? dare? (siapa? siapa?)
"Apa imbalannya kalau aku memberitahumu?" Ai tersenyum licik.
"Aku akan membuatmu berkencan dengan Kei!"
"Nani sore" Inoo menggeplak kepala Hikaru.
Hikaru tertawa puas melihat ekspresi kaget kedua temannya itu. "Dakara..oshiete (makanya...kasih tahu aku)"
"Mizu chan, anak kelas 2-B, anak klub musik."
"Arigatou Minamoto!!!" Hikaru girang.

*******

Rin dan Mizu menikmati bekal mereka di kelas saat jam istirahat, dengan sesosok Yamada yang duduk merengek minta disuapi oleh kekasihnya.  Rin yang pandai memasak, memang selalu membawa bekal yang menggugah selera.
"Dou?" Rin menyuapi telur gulung berbentuk hati pada Yamada. "Umaaaii (enaaaak) " ucap yamada heboh. Rin tersenyum puas setelah melihat ekepresi Yamada.
"Kalian ya... sampai kapan mau bermesraan di depanku" Mizu mengunyah makanannya dengan ekspresi pahit.
"Habisnya kamu tidak peka setiap kali aq coba memancingmu untuk mengajak ngobrol Chinen," ujar Yamada.
"Kau pikir aku ikan? dipancing?" gumam Mizu jengkel.
"Mizu, cobalah untuk lebih dekat dengan Chinen! Kapan lagi? kamu sudah sekelas dengannya, bukan?" sambung Rin.
"Kalian mudah bicara seperti itu karena kalian tidak ada diposisiku" Mizu kembali mengunyah makanannya. "Ah sou, hampir lupa, aku sudah dapat pemberitahuan dari OSIS. Klub musik akan berkolaborasi dengan klub dance di Bunkasai nanti"
"Hounto? aku belum dapat Info apapun dari Daiki tentang masalah ini" ucap Yamada sambil menyomot sepotong sosis dari kotak makan Rin.
"Aku akan buat jadwal latihan bareng nanti"
"Tanomuyo..(kuserahkan padamu)" Yamada kembali menyomot sosis.
Mizu mengambil tasnya dan mencari notes untuk menuliskan agendanya.
"Are? doko? (eh? ada dimana?)" Mizu tampak bingung dan membongkar semua isi tasnya."nai (nggak ada)...nai (nggak ada)..."
"Doushite (kenapa) Mizu?" Rin kepo.
"Notesku tidak ada.."
"Mungkin kamu meninggalkanya di rumah" Yamada kembali menyomot sosis.
"Tidak mungkin. Aku selalu menaruhnya dalam tas dan membawanya kemana-mana," Mizu masih sibuk membongkar tasnya.
"Cuma notes biasa, kan? Udahlah kamu bisa membeli baru kalau memang hilang"
"DAME!!! (nggak bisa!!) mati aku kalau sampai ada yang membacanya" Mizu mulai gelisah.


Kyaaaa....
Teriakan sekumpulan cewek di kelas tiba-tiba mengglegar. Ternyata penyebabnya adalah seorang cowok yang berdiri di depan pintu sambil memandang seluruh ruangan.
"Yaotome Senpai!" Beberapa gadis mulai mengerubunginya. "ada apa Senpai?"
"Ano.... disini ada yang namanya Mizuno Sakura?"
"Mizu?"
Semua mata kemudian tertuju pada gadis yang masih sibuk mencari sesuatu dalam tasnya.
"Mizu chan," Rin memanggil Mizu yang masih tidak sadar sedang menjadi pusat perhatian.

"Mizuno-san?" Hikaru berjalan menghampiri Mizu. Mizu memandang pria yang kini berada di depannya itu.
"Chotto iidesuka? (bisa minta waktunya sebentar?)"
"eh? atashi? (eh? aku?)"
Hikaru tersenyum dan kemudian menarik pelan tangan Mizu keluar kelas. Mizu yang masih bingung hanya pasrah dan mengikuti kemana Hikaru menariknya. Keduanya berpapasan dengan Chinen yang hendak masuk ke dalam kelas. Chinen tampak kaget melihat Senpai-nya menarik Mizu dari Kelasnya.
Mizu dan Hikaru pergi meninggalkan tanda tanya pada seisi kelas.

*******

"Chotto Matte.. doko Ikuno? (sebentar, ini kita mau kemana?)"
Mizu menepis pelan tangan Hikaru. Cowok itu kemudian membalikan badannya menghadap Mizu sambil tersenyum.
"Hajimemashite (salam kenal)... Yaotome Hikaru desu"
"doumo...(halo)"
"Mizuno Sakura desune? (kamu mizuno sakura kan?) "
"Sou desu kedo (Iya benar)" Mizu masih bingung.
"Kore (ini).." Hika mengeluarkan notes kecil dari saku celananya. Mizu terkejut melihat notes yang dari tadi dicarinya ada berada orang itu. Mizu dengan segera menggerakan tangannya untuk mengambil notes tersebut sebelum Hikaru mengangkat tangannya dan tidak membiarkan Mizu mengambil notes tersebut. Mizu melompat-lompat untuk meraih notes tersebut namun karena tubuh Mizu terlalu mungil dibandingkan Hikaru yang bertubuh tinggi, akhirnya ia menyerah.

"Kembalikan notesku..onegai"
"Aku akan memberikannya padamu, tapi ada syaratnya..." Hikaru tersenyum tipis.
"nani? (apa?)"
"Berkencanlah denganku"
"nani sore? (apaan itu) tidak mau. Kita bahkan baru kenal"
"Kalau begitu aku tidak mau mengembalikan notes ini," Hikaru kembali memasukan notes ke dalam saku celananya.
"Tapi itu punyaku!!"
"Dakara... Dēto shiyouyo (makanya...ayo berkencan denganku)"
Mizu terdiam bingung sementara Hikaru terus memandang wajah Mizu. "Tapi kamu berjanji akan mengembalikannya kan?"
"Yakusoku (aku janji)"
"baiklah.... ichido dake (sekali aja)"
"Yosh! kalau begitu hari minggu di taman kota jam 1 siang. ok?"
Mizu menganggukan kepalanya pasrah.

*******

"DĒTO!!!!!!! (kencaaaaan!!!)"
Ruangan klub musik gempar dengan teriakan kompak Rin, Ai, Chie dan Keito.
"Entahlah...aku merasa ini hari apesku," keluh Mizu.
"Baka! kau tahu siapa dia Mizu?" Rin histeris.
"Pencuri notes yang seenaknya mengancamku untuk berkencan dengan cara licik"
"Baka!" Rin menjitak Mizu. Keito hanya tertawa melihat tingkah teman-temannya itu.
"Bukannya itu Yaotome Senpai, ketua klub Atletik?" celetuk Chie yang kembali melanjutkan membaca komik.
"Chie bahkan lebih tahu dari pada kamu yang sudah dua tahun disekolah ini!" pungkas Rin jengkel.
"Hahaha, itu karena teman sekelasku selalu membicarakan anak anak klub Atletik," jelas Chie.

"Kau diajak kencan oleh ketua klub Atletik yang keren, Mizu! Kau harusnya bahagia!" sambar Rin.
"Akhirnya aku paham, apa yang ada dipikiran anak itu tadi," gumam Ai.
"Kau tahu ide liciknya Ai?," Mizu mendelik.
"Bukan… bukan... maksudku aku mengerti mengapa tiba-tiba dia bertanya tentangmu di kelas tadi pagi,"

Bruk!

Mizu memukul meja dan menatap Ai. "Jadi kamu yang memberitahu dia tentangku? Apa yang kamu ceritakan??"
Ai meringis, " gomen....aku sungguh tidak tahu kalau dia menyembunyikan sesuatu. Aku tidak menceritakan apa-apa kok. Tapi tenang Mizu, Yaotome itu baik kok. Anaknya juga humoris."
"Bukan itu masalahnya. Bagaimana kalau Chinen tahu soal Ini..." Mizu kembali terduduk lemas.
"aah..soudane (iya juga ya)..." sahut Rin.
"Mizu Senpai hanya kencan dengannya satu kali saja, kan? kurasa tidak masalah.."celetuk chie dibalik komiknya yang langsung mendapat perhatian dari Keito.
"Tumben kamu menanggapi hal seperti ini?" Keito menekan ujung tengah komik yang dipegang Chie agar bisa melihat wajah gadis itu. Chie tersenyum ketir di hadapan Keito dan menaikkan lagi komiknya.

"Ah Wakanai!! kaeru! (ah entahlah! aku mau pulang)" Mizu mengambil tasnya dan keluar ruangan.


*******

Keesokan harinya
Seperti yang telah diduga, Mizu tidak bisa tidur karena memikirkan masalah janji kencannya dengan Hikaru. Mizu datang ke Sekolah lebih pagi dari biasanya. Matanya tampak sayu karena seharian tidak bisa terpejam.
Dengan wajah pucat, ia masuk ke dalam kelas yang belum ada siapapun. Ia menelungkupkan badannya di atas meja.
Pintu kelas tiba-tiba terbuka."Are, Mizuno-san?" sapa seseorang yang suaranya sudah sangat familiar diteIinga Mizu. Sontak Mizu bangun dan memastikan pendengaranya tidak salah.
"Tumben kamu datang pagi sekali?"
Mizu masih tak percaya kalau orang yang mengajaknya bicara saat itu adalah Chinen!  "um... aku...aku sepertinya terbangun terlalu pagi. Chinen-kun wa? (kalo chinen?)"
"ore? (aku?) aku ada latihan pagi, hari ini" Chinen mengeluarkan senyum khasnya yang membuat Mizu jatuh hati. Ia berjalan menuju mejanya untuk meletakan tas. Mizu dapat melihat jelas punggung bidang cowok itu.
"Sou desuka... (oh begitu)"
"ngomong-ngomong...hajimetedane (ini pertama kali ya)" ujar Chinen tanpa membalikan badan.
"eh?"
"Oretachi (kita)..." Chinen menoleh ke arah Mizu. "Ini pertama kalinya kita ngobrol seperti ini, kan?"
"ah...soudane.." Mizu menundukan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang mungkin sudah memerah.

"Ore ne (aku tuh)... zutto (selalu)... aku selalu memperhatikanmu sejak dari kelas satu," Chinen membalikan badan menghadap Mizu  dan duduk diatas mejanya. "Aku selalu melihatmu bersama Yamada dan pacarnya. Aku Ingin menegurmu tapi sepertinya kita tidak punya waktu yang tepat ya.. hahaha"
Mizu tak tahu harus berkata apa. Ia masih tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. "Aku senang akhirnya kita bisa sekelas," sambung Chinen.
"wa...watashi mo.. (a...aku juga)" jawab Mizu pelan.
Chinen melompat turun dari meja. "Kore kara yoroshikune.. (mulai dari sekarang tolong perlakukan aku dengan baik ya)" Chinen tersenyum sambil menatap Mizu.
"um... yoroshiku.." Mizu mengangguk.
"jya..aku pamit ke lapangan dulu..." Chinen mengambil handuknya dan berjalan keluar kelas. Tetiba langkahnya terhenti di depan pintu. "ah.. aku dengar kamu akan berkencan dengan Yaotome Senpai, ya?
"eh?" Mizu kaget.
"Rumornya sudah menyebar keseluruh anak kub Atletik" Chinen tersenyum lagi. "jyane.." Chinen pun berlalu begitu saja. Sementara Mizu terdiam terpaku.
"Nande...nande ima no? (kenapa..kenapa baru sekarang?)"
Mizu mengacak rambutnya dan menelungkupkan badannya lagi.

*******

Chie memasuki pintu koridor utama dan menuju loker untuk mengganti sepatu. Tiba-tiba selembar kertas terjatuh saat ia membuka pintu lokernya. Chie mengambil kertas yang bertuliskan angka dan huruf. Chie mencoba mencermati sejenak kertas tersebut. Itu bukan kali pertama bagi Chie menerima selembar kertas seperti itu. Ini merupakan kertas kesepuluh yang diterimanya, dan sampai saat ini ia tidak paham dengan maksud dari isinya.

"Dare da? (tebak siapa hayo)"
Tiba-tiba matanya ditutup oleh seseorang. Hanya dengan mendengar suaranya saja, Chie tahu kalau itu Keito!
"Senpai...."  Chie melepaskan tangan Keito dari matanya. Ia memasukan kertas tadi dalam loker dan mengganti sepatunya.
"hahahha, kamu selalu bisa menebakku,"
"karena tidak ada yang akan melakukannya kecuali dirimu" Chie berjalan meningalkan Keito begitu saja.
"Begitukah?...hahaha" Keito mempercepat jalannya.

"oh..Ohayo Chie, Keito!," sapa Ai yang berpapasan dengan mereka
"Ohayo Senpai.. "
"ah, berhubung aku bertemu dengan kalian. Bisakah aku meminta tolong?" Ai tersenyum penuh harap.
"nandesuka? (apa itu?)"
"Kore, tolong beritahu ketua kelas kalian untuk segera mengisi formulir partisipasi Bunkasai ini. Dikumpulkan paling lambat hari Senin, ya" jelas Ai sambil memberikan dua lembar dari tumpukan kertas yang dibawanya pada Chie dan Keito.
"Wakatta.." jawab Chie dan Keito kompak.
"Arigatou.."
"Senpai…apakah kamu butuh bantuan? sepertinya tumpukan kertas itu berat," ujar Chie yang kasihan melihat Ai.
"iie iie, daijoubu desu..." Ai tersenyum lalu pergi dengan sedikit tergopoh-gopoh.
"Ganbattene Senpai"
"oh! Sankyu.." teriak Ai menaiki tangga sembari mencari celah untuk melihat anak tangga yang dipijaknya.

"ah!"
Ai salah menapakan kakinya sehingga ia tersandung, dan kertas yang dipegangnya pun berhamburan. Ai terduduk lemas di tangga dikelilingi dengan kertas-kertas.
"ckckck, apa yang kamu lakukan!" tegur seseorang yang dengan segera membantunya memungut semua kertas yang berhamburan.
"Inoo-kun.." Ai memadang cowok yang sedang menaiki anak tangga sambil memungut kertas.
"Baka jyanaino? (kamu bodoh ya?) dasar ceroboh," pungkas Inoo memberikan semua kertas yang sudah dipungutnya pada Ai.
"Kalau kau datang bukan untuk menolongku tapi hanya untuk mengomeliku, lebih baik kau pergi. Biar aku urus sendiri." ucap Ai kesal. Inoo justru tertawa dan duduk disamping Ai.
"itai? (apakah sakit?)" tanya Inoo sambil menyentuh dengkul Ai yang berdarah.
"Daijoubu... itakunai (nggak apa-apa.. tidak sakit)" jawab Ai ketus. "Lagipula kau juga tak akan peduli" Ai mencoba bangun dari duduknya, namun dengan sigap Inoo menarik tangan Ai dan mencium gadis itu.
Bagai tersengat listrik, semua kertas yang dipegang Ai kembali terjatuh dan berhamburan. Ai bahkan tak bisa melihat dengan jelas wajah inoo, karena jarak wajahnya dan cowok itu hanya 1 cm.
Inoo menjauhkan bibirnya dari bibir Ai dan menatap gadis yang masih terbujur kaku itu. "Suki... (aku suka kamu)"

Ai terdiam dan terbelalak. Inoo masih terus memandangnya. Tatapan matanya melembut…
"u...uso..darou.. (ini..bo..bohong kan?)" gumam Ai tak percaya..
"Uso janaiyo..baka! (aku tidak bohong , 'bo...doh') " Inoo mendekatkan lagi wajahya dan mencium gadis itu sekali lagi.


*******
Suasana ruang klub musik hari ini tampaknya aneh, tidak seperti biasanya. Rin merasa seperti berada di dunia lain. Mizu yang duduk disampingnya terlihat terpuruk dengan muka pucat, begitu juga Ai yang terlihat sedang berbunga-bunga, sementara Chie dan Keito sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"oi oi oi....ini pada kenapa semua?" Rin menghela napas. "Mizu, kita harus segera membuat jadwal latihan bersama klub dance kan?  Ai Chan.. partitur bagianmu apa sudah selesai?," oceh Rin.
"
Aku sedang tidak bisa berpikir Rin. Kalau aku bisa berpikir, aku pasti mengerti maksud perkataan Chinen tadi pagi..." Mizu menelungkupkan badanya di Meja.
"Kamu memang sudah mabuk Mizu...mabuk Chinen, hahaha" sahut Rin.
"Partiturku sudah selesai. Kapan kita mulai latihan?" Jawab Ai berseri-seri.
"Tampaknya Ai Senpai begitu bahagia hari ini," celetuk Keito.

"Jitsu wa ne (sebenarnya..)...." Ai menutup wajahnya yang mulai memerah. Rin yang penasaran lansung mendekati Ai,"nani? nani? Apa yang terjadi?"
"ano...etto...sono... (hmm.. itu...umm)"
"hayaku (cepatlah)Ai Chan!" seru Rin.
"Inoo Senpai?" Celetuk Chie iseng.
Ai menunduk malu mendengar nama itu dan mengangguk. "Kissushicatta (kami berciuman)"

USOOOO!!!!
Spontan Rin, Mizu, Chie, dan Keito membelalakan matanya.
" ‘uso janaitte imashita..aahh mou..hazukashii.. (dia bilang dia tidak bohong kok...aaah udah ah...aku malu)," Ai makin tersipu malu dan wajahnya sudah seperti kepiting rebus.
"Jadi kamu sudah berkencan dengan Inoo Senpai?"
"um..." Ai mengangguk.
Rin memeluk Ai dengan erat, "Yokattane Ai Chan!! Ketua OSIS dan sekretarisnya.. sugoi jan (keren banget)"
"Urayamashiina (aku iri degh)... kisah cinta kalian kenapa begitu manis. Aku bahkan tak tahu nasibku akan seperti apa nanti" Mizu kembali menelungkupkan badannya.
"Mizu Chan.... bersemangatlah.. Aku yakin Yaotome Senpai bisa membuatmu bahagia," Rin menepuk pundak Mizu. "Aku yakin Senpai tidak akan mempermainkanmu!"
"Soudayo. Kalau Yaotome berani melakukannya, Aku dan Inoo akan melakukan sesuatu" pungkas Ai.

*******

Keesokan harinya...
Mizu duduk sendiri ditengah taman. Karena masih musim semi, udara Jepang masih sangat dingin.  Perasaan Mizu campur aduk saat itu. Ia hanya ingin notes kembali.  Notes yang tidak hanya berisi catatan penting tapi juga berisi curahan hatinya untuk Chinen.
"Omataseshimashita (maaf membuatmu menunggu)" Seorang cowok tinggi dengan blazer hitam tiba tiba menempelkan minuman kaleng hangat ke pipi Mizu.
"Arigatou..Senpai," ujar Mizu mengambil minuman hangat yang langsung mencairkan telapak tangannya yang sudah seperti es batu.
"Samui desune? (dingin ya?) kamu mengapa tidak berpakaian yang lebih tebal.."
"Daijoubu.." 
Hikaru membuka Blazerya dan memasangkannya pada Mizu. "Tidak usah nanti Senpai..."
"Hahahaha... tenang saja. Aku sudah terbiasa. Kau tahu aku anggota klub Atletik kan? tubuhku berisi otot sehingga tidak mudah kedinginan,"
Mizu tersenyum, "Arigatou"
"Ikuyo (yuk berangkat)..." Hikaru berdiri dari duduknya, begitu juga dengan Mizu. Blazer Hika berhasil membuat tubuh Mizu yang mungil tenggelam.
"Hahaha... choo kawaiina.. (imut banget sih kamu)"

Mizu melepaskan blazer itu dan memberikan kembali pada Hikaru. Hikaru memakainya dan mereka pun berjalan menuju halte bus. Mizu tak banyak bicara. Ia hanya mengikuti kemanapun Hikaru mengajaknya pergi. Mereka pergi ke Shibuya. Sebuah tempat yang terkenal dikalangan anak muda dan turis turis asing.

"Kau lapar? kita makan yuk."
"um..." jawab Mizu.
Hikaru memegang tangan Mizu yang sangat dingin dan memasukannya dalam saku blazernya. Mizu kaget dan tak berhenti memandang tangan kanannya yang kini sedang dalam genggaman erat jemari Hikaru di saku blazernya.
Mereka masuk ke sebuah restoran yang ada disana. Mizu menunggu Hikaru yang sedang memesan makanan di salah satu kursi dekat jendela.
"Omatase (maaf menunggu lama), douzo...."
Hikaru meletakan semua makanan yang dipesannya diatas meja. Mizu yang memang mulai merasa lapar, menyambut makanannya dengan wajah yang berseri. "Itadakimasu!!!" kemudian menyantap kentang goreng yang ada di depannya. Hikaru hanya memandang gadis itu sambil tersenyum.

"Nani?" Mizu balik menatap Hikaru.
"Kamu bisa terlihat lebih ceria kalau ada makanan ya"
"Maksudnya, kamu pikir aku rakus?"
"Chigau (bukan gitu)... aku suka melihat ekspresimu saat sedang makan. kawaii" ujar Hikaru yang membuat Mizu tersedak.
"Hora (tuh kan)...Hahaha..."  Hikaru menyodorkan minum pada Mizu.

"ano...Senpai...mana notesku?"
"Jadi kau datang, benar benar cuma karena ingin mendapatkan kembali notes itu?" ujar Hikaru kecewa.
"kan memang itu janjimu Senpai,"
"Wakattayo.. (iya baiklah)" Hikaru merogoh tasnya dan megambil notes milik Mizu. "Kore.."
Mizu tersenyum dan dengan cepat menyembunyikan notes itu dalam tasnya sebelum Hikaru berniat mengambilnya kembali, pikirnya.
"Demo... setelah hari ini... aku boleh kan untuk mengenalmu lebih dekat... Mizu chan?"
"Mochiron (tentu saja). Kupikir Yaotome Senpai orang yang baik."
"ne…panggil aku Hikaru….onegai"
"eh? demo..."
"ii kara (udah nggak apa-apa).. ayo panggil aku Hikaru.."
" Hika...ru..Senpai.."
"Nandayo (apaan itu)... kenapa pakai Senpai. mou ikkai (sekali lagi)...Hikaru dake (Hikaru saja)"
"iyada (nggak mau)..." Mizu menjulurkan lidahnya. Suasana diantara merekapun mencair, dan mereka sudah merasa lebih nyaman satu sama lain.


*******

Ini merupakan hari pertama latihan intensif gabungan antara klub musik dan klub dance.
"aaah akhirnya impianku terwujud, bisa ngeklub bareng Yamada," Rin tak berhenti berseru selama perjalanan menuju tempat latihan anggota klub dance yang berada di gymnasium sekolah.
"Kau bertemu setiap hari dengan Yamada, belum puas?" sahut Mizu.
"Aku tak akan pernah puas dan bosan melihat wajah Yama.. " Rin tersipu.  Mizu dan yang lainnya hanya mengangguk paham.

"Mizu bagaimana kencanmu dengan Yaotome?," celetuk Ai.
"ya...begitulah.."
"wow.. apa kamu mulai suka dengan Yaotome?" goda Ai.
"Ya, seperti yang kalian bilang, Hikaru Senpai memang orang yang baik. Ia juga anak yang seru dan humoris,"
"Hikaru Senpai?" celetuk chie yang menyadari sesuatu.
"cieee.. kau sudah memanggilnya dengan nama depan?" goda Rin.
"Dia memaksaku..jadi apa boleh buat," Mizu membuka pintu gymnasium yang sudah terdapat banyak anak klub dance. Beberapa dari mereka sedang berlatih. Yamada yang berada diantara mereka melambaikan tangannya pada Rin.
Arioka Daiki, ketua klub Dance menghampiri mereka. "Kalian dari klub musik, kan? douzo.." Daiki memanggil semua anggotanya untuk duduk dalam satu lingkaran.
Mizu dan yang lainnya pun bergabung dalam lingkaran tersebut. "Seperti yang sudah aku beritahu beberapa hari yang lalu, kita diminta oleh OSIS untuk berkolaborasi dengan klub musik, untuk pertunjukan panggung utama saat bunkasai nanti," jelas Daiki.
"Maaf sebelumnya, kami hadir tidak dengan formasi lengkap. Karena beberapa annggota kami sedang dalam masa hiatus kegiatan grup. Tapi kami akan melakukan yang terbaik," ujar Mizu.

Mereka pun mulai membicarakan konsep penampilan yang akan dibawakan dan langsung berlatih.  Anak klub musik berkumpul dalam satu lingkaran untuk berlatih memainkan musik sementara klub dance mencoba mengatur formasi sesuai musik yang dibawakan Mizu dan lainnya. Tanpa terasa mereka berlatih hingga hari mulai petang.

Rin memandangi Yamada yang begitu serius dalam berlatih dance. Keringat menetes yang membasahi rambutnya membuatnya terlihat lebih seksi.

"Yappari Yamada Senpai kakkoii.. (Emang ya..Yamada senpai itu keren banget)" celetuk beberapa gadis yang duduk bergerombol dipinggir. "Kenapa ia memilih gadis itu untuk jadi pacarnya? Ia seharusnya bisa mendapatkan yang lebih cantik dari anak itu,"
Rin yang hendak mengambil minum untuk Yamada, terdiam setelah mendengar perkataan para gadis itu. Rin paham, ia sendiri tak tahu mengapa Yamada memilih dirinya.

Sama seperti mereka, Rin dahulu hanya mengagumi Yamada dari belakang. Hingga hari dimana Yamada melukai kakinya saat latihan, dan Rin yang sedang tidak enak badan bertemu di Ruang kesehatan.  Rin membantu Yamada membalut luka di kakinya karena dokter yang bertugas sedang tidak ada di tempat. Sejak saat itu, Yamada mulai memperhatikan Rin dan jatuh hati. Rin sadar ia telah menjadi cibiran banyak orang sejak Yamada dengan blak-blakan berkata bahwa mereka telah berpacaran. Itulah sebabnya Rin terus merasa takut dan tidak percaya diri.

Rin masih berdiri memegang botol minum sambil menunduk. Yamada yang melihat dari kejauhan berjalan mendekati Rin. "Kupikir kamu mau membawakan minum itu untukku" ujar Yamada.
Rin kaget dan memberikan botol minum yang sedari tadi dipegangnya pada yamada. Yamada mengelus pelan kepala Rin dan mendekatkan mulutnya ditelinga Rin.
"Aishiteru."

Yamada kembali latihan dance. Rin menyadari tatapan tajam semua gadis dalam gedung itu. Tanpa menoleh ia kembali ke kumpulan anak klub musik.


*******

Rin tidak seceria biasanya saat pulang. Yamada yang ada disampingnya hanya bisa memperhatikan gelagat sang kekasih.
"Doushite?" tanya Yamada lembut. Rin menggelengkan kepalanya.
"Aku tahu kalau kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa kau sudah lelah?"
"eh?," Rin menoleh memandang Yamada.

"Aku tahu betapa lelahnya menjadi dirimu untuk selalu tersenyum di depanku. Padahal kamu merasakan hari-hari yang berat karena omongan orang-orang itu kan?," Yamada menghentikan langkahnya. "Gomenne... aku masih belum bisa membuatmu merasa bahagia,"
"Chigau... aku... aku hanya takut..."
"Apa yang kamu takutkan? Jika mereka berani menyentuhmu, aku tidak akan tinggal diam!"
"Aku…Aku takut, kamu bosan bersamaku dan menyukai gadis lain yang jauh lebih pantas bersamamu.."
"Menurutmu, gadis yang lebih pantas buatku itu seperti apa?"
Rin menunduk, "Yang lebih cantik dariku, yang lebih populer mungkin...."
Yamada menarik Rin dan memeluknya. Rin dapat merasakan wangi parfum dipadu keringat pada tubuh Yamada. "Satu-satunya gadis yang pantas untukku adalah gadis yang bisa berada dipelukanku seperti ini,” Yamada semakin mendekap Rin lebih erat.  Mereka berpelukan dalam waktu yang cukup lama.

Yamada melepaskan pelukannya dan memandang Rin dalam-dalam. "Kau tahu, betapa takutnya aku setiap kali aku melihat wajah sedihmu? Aku takut kamu merasa lelah berada disampingku. Rin...aku menyukaimu dengan apa adanya dirimu. Aku tak punya alasan mengapa aku bisa jatuh hati padamu sejak kita pertama kali bertemu, tapi aku tahu aku sangat menyayangimu. Aku mohon jangan pedulikan apapun yang orang lain katakan atau apa yang kau dengar.  Aku ingin kamu hanya cukup tahu, kalau aku sangat menyayangimu," pungkas Yamada.
Rin tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia merasa menjadi gadis paling beruntung bisa mendapatkan pria yang ada di depannya itu. Yamada mengusap pelan air mata di pipi Rin, “daijoubu,” dan menciumnya.


*******
NEXT CHAPTER (FINAL): http://aichankawaii.livejournal.com/7473.html
This account has disabled anonymous posting.
If you don't have an account you can create one now.
HTML doesn't work in the subject.
More info about formatting

If you are unable to use this captcha for any reason, please contact us by email at support@dreamwidth.org

Profile

aichankawaii: (Default)
aichankawaii

May 2017

S M T W T F S
 123456
7891011 1213
14151617181920
21222324252627
28293031   

Most Popular Tags

Style Credit

Expand Cut Tags

No cut tags
Page generated May. 18th, 2025 02:52 pm
Powered by Dreamwidth Studios