aichankawaii: (Default)
[personal profile] aichankawaii
Ai kembali membawa FF... kali ini tidak ada yang ulang tahun kok... cuma ingin memberikan hadiah buat Mizu-sama atas keputusannya untuk CLBK setelah bertapa di gunung Fuji bertahun-tahun #plak
Yappari..Ai tidak bisa bikin FF,  Jadi maap kalau kepanjangan, ceritanya kayak sinetron dan karakternya ga mirip.... Hontouni Gomenasai. Semoga bisa menghibur #plak
jaa.. Douzo..

~~~~~~~~~~



Genre: Romantis
Rating: PG-21
Author: Ai Chan Kawaii
Summary: Aku berjanji akan selalu berada di dekatmu~
Pemain:
Mizuno Sakura
Chinen Yuri
Yaotome Hikaru

extras:
Yamada Ryosuke
Hashimoto Rin



“Aaaahh~~”
Aku membaringkan tubuhku di kursi panjang di rooftop gedung sekolah. Rasanya aku malas melakukan apapun hari ini. Aku masih tak percaya Yuri kalah pada pertandingan kemarin… padahal score mereka beda tipis. Jika Yao-chan tidak berhasil melakukan tembakan three point itu, mungkin Yuri bisa menang kemarin.
hora… saku-chan… kamu harusnya bahagia doonk.. kamu bakal kencan dengan Yao-chan besok kan?,” ujar Rin menyemangatiku.
“Bagaimana aku bisa bahagia, kalau Yuri bahkan tidak menyapaku atau bahkan tersenyum sejak kemarin. Ia juga terlihat tidak nafsu makan, sampai Mama dan Papa menanyaiku terus,” grundelku.
ano… Saku… maaf jika aku tidak pantas menanyakan ini denganmu… tapi sungguh aku penasaran,” ucap Rin ragu-ragu.
“nani?”
“kamu… kamu benar-benar memandang Yuri sebagai saudara kembarmu, kan?”
Dou iu imi? (apa Maksudmu?),” aku mencoba bangkit dari tidur dan menatap Rin.
Rin tersenyum canggung, “tidak… hanya saja aku merasakan hal aneh, setiap saat kamu bicara tentang Yuri. Kamu… tidak menyukainya, kan? Maksudku.. menyukainya seperti cewek kepada cowok?”
Aku seperti disambar petir mendengar perkataan Rin tadi. Apa ini… Apa yang salah? Yuri.. dia saudaraku, dia kakakku, kami kembar. Tidak mungkin aku menyukainya.
“Apa yang kamu pikirkan Rin? Tentu saja tidak,” jawabku seadanya dan kembali membaringkan badanku. Aku menatap langit yang cukup cerah dan sedikit menyilaukan.
“Tapi… Kamu selalu kesal kalau ada cewek yang dekat dengan Yuri, kan? lalu, selama pertandingan kemarin, kamu teruuuus memandang Yuri, kan? Pandanganmu bukan seperti…”
“Karena kami saudara kembar… sudahlah Rin. Itu hanya perasaanmu saja,” sambarku lalu menutup mata, untuk pura-pura tidur. Dan perkataan Rin tadi tetiba memenuhi otakku…

 ******

“Aku… aku pergi kencan dulu dengan Yao-chan..” ujarku pelan di depan pintu kamar. Yuri hanya diam dibalik selimut tebalnya. Aku tahu, dia pasti tidak sedang tidur.
“Ne.. Yuri… kamu tidak tidur kan?”
Yuri masih tidak bergeming. “Kalau kamu tidak menjawabku, akan kulempar benda kesayanganmu ini?” ocehku sambil mengambil sebuah pajangan dari atas meja belajar Yuri.
“Nani?” Yuri akhirnya bangun dan memandangku dengan wajah kesal.
“Benarkah tidak apa-apa kalau aku pergi dengan Yao-chan?”
“Pergi saja… aku mau tidur. Jangan ganggu aku!,” jawab Yuri kemudian menarik kembali selimutnya. “Lagi pula kau sudah terlihat cantik dengan dress itu,” sambungnya dengan suara samar-samar.
“Ya sudah! Aku pergi!! Ugh,” aku membanting dengan tidak terlalu keras pajangan itu dan pergi keluar kamar. “Dasar! Menyebalkan!,” gerutuku.


******

Aku berjalan pelan menuju taman tempat Yao-chan dan aku berjanji untuk bertemu. Aku tidak pernah pergi ke taman di hari minggu. Aku dan Yuri bukan tipe yang suka keluar jalan-jalan. Jika ada waktu, kami akan memilih tinggal di rumah, tidur atau menghabiskan waktu dengan bermain game bersama.
Aku tidak pernah tahu, kalau hari minggu, taman kota dekat rumahku ini cukup ramai dikunjungi muda-mudi yang hendak berkencan, atau anak-anak kecil yang bermain bersama kedua orang tuanya.
Aku menoleh kanan dan kiri mencari sosok Yao-chan berada. Kami berjanji untuk bertemu di dekat air mancur pusat taman.
Pencarianku terhenti sesaat aku melihat seorang pria berkemeja kotak-kotak sedang duduk jongkok di dekat tembok pembatas. Aku pun melangkahkan kakiku untuk menghampirinya. “Yao-chan…,” sapaku pelan.
“Oh… Saku-chan!”
Omatase (maaf menunggu)..”
Iie..iie(nggak…nggak..) aku juga baru sampai…” Yao-chan tersenyum, dan dia terlihat lebih tampan dengan pakaian kasual itu. “Ini… kamu pasti haus,” ujarnya sembari memberiku segelas jus jeruk.
Arigatou..” jawabku mengambil jus itu dan langsung menyeruputnya.
ikou! (yuk!)” Kami pun berjalan dengan agak canggung ke halte bus terdekat untuk pergi ke aquarium.



*******

“WAAAAAHHH KAWAIII…Yao-chan mite are mite! (lihat lihat itu),” teriakku histeris melihat ikan-ikan dengan bentuk unik yang belum pernah kulihat sebelumnya.
choo kawaii dane (iya, lucu banget ya)..” Yao-chan tersenyum memandangku. Aku membalas senyuman Yao-chan dan kemudian berlari kecil meninggalkannya ke tempat lain dengan mata berbinar. Sementara Yao-chan hanya pasrah mengikuti kemana pun aku pergi.
Sugooooiii,” teriakku seperti bagaikan seorang anak SD yang sedang tamasya sekolah. “Aaah coba ada Yuri, pasti dia juga suka…” ujarku masih terus berjalan menelurusi terowongan aquarium yang tidak terlalu ramai.
“Kamu belum pernah ke Aquarium ya? Semangat sekali. Aku jadi sepertinya menemani anak SD jalan-jalan,” gerutu Yao-chan.
“Belum pernah… ini pertama kalinya aku kesini. Habisnya, Yuri tidak pernah mau mengajakku ke sini, atau saat mama dan papa mengajak jalan-jalan keluar, ia selalu menolak. Tapi aku juga sih… hahahaha…”
“Biasanya kalian ngapain?,” tanya Yao-chan menatapku seperti penuh curiga.
“Ya..  paling di kamar berdua nonton film, kalau udah kecapean tahu-tahu kita udah ketiduran dengan posisi yang nggak jelas, atau kalau tidak ada film bagus, kami main game bareng sampai pagi…hahaha”
“Kalian tidur bareng?” sela Yao-chan kaget.
Aku tersenyum dan mengangguk, “iya.. kan kita saudara.. memang kenapa?”
“Tapi kalian..,” ucap Yao-chan. Aku menatap Yao-chan dengan muka polos. “hmm… betsu ni.. (nggak jadi),” sambungnya sambil menggelengkan kepala.
Souka? (oh gitu),” ucapku santai dan tersenyum tipis lalu membalikkan badan hendak pergi ke tempat lain. Tapi tiba-tiba Yao-chan menarik tanganku dan membuatku terpojok di dinding aquarium. Yao-chan menatapku dengan wajah serius.



“Nani? Hanashite! (kenapa? Lepaskan!),” aku mencoba memberontak namun cengkraman tangan Yao-chan sangat kuat.
zutto..omae ga Sukidayo(selama ini, gue udah suka sama loe),” Yao-chan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku memalingkan wajahku untuk menghidarinya dan mencoba melepaskan cengkraman Yao-chan. Namun dia semakin mendekatkan wajahnya ke telinga dan leherku sambil terus mendekapku lebih kencang.
“Yao-chan yamete… (hentikan)
“Aku tidak akan melepaskan kamu lagi Saku..”
“Yao-chan Yamete…..Yuri Tasukete (tolong aku)..” Aku masih terus memberontak, dan air mata mulai mengalir dipipiku.
“Yuri… Yuri… berhenti memanggil dia!” bentak Yao-chan dan semakin mencengkram tanganku lalu mencoba mencium bibirku.
“YAMETE!!!” teriakku sambil mengerahkan semua  tenaga untuk mendorong Yao-chan, dan spontan tanganku menampar pipinya.
“YAO-CHAN BAKA!!!”


Aku berlari sekuat tenaga keluar dari Aquarium. Aku tak menyangka, Yao-chan berubah, bukan seperti Yao-chan yang aku kenal dulu.
Aku terus berlari tanpa tahu arah, air mataku membuat pandanganku menjadi samar-samar. Aku bahkan tidak sadar kalau hari sudah menjadi gelap. Aku berjalan pelan sambil mengusap air mata. Aku terduduk lemas di sebuah kursi taman yang entah ini ada dimana.
“Saku-chhaaaannn!!!! Saku..doko iruno?? (kamu ada dimana?),”
Suara itu… suara yang sangat ingin aku dengar… Aku menoleh ke arah suara itu berasal. Aku bisa melihat sosok anak laki-laki yang berlari mencariku.
“Yuri chan….”
“SAKU!!!,” anak laki-laki itu berlari lebih cepat kearahku. Yuri menatapku dengan wajah cemas. Tanpa kata-kata ia kemudian memelukku dengan erat. “Yuri-chan… Kowakatta~ (Aku takut), erangku sambil memeluk anak laki-laki itu.
Gomenne… Aku tidak menepati janji untuk selalu berada didekat Saku,” Yuri menghapus air mataku. “Kaerou (ayo pulang)..” Yuri membalikkan badannya dan berjongkok di depanku. “naik..”
 “Demo (tapi)..”
Hayaku (cepatlah)…”
Aku pun naik keatas punggung Yuri. Sejak kecil, Yuri selalu menggendongku setiap kali aku menangis karena ketakutan. Kini aku bisa merasakan betapa bidangnya punggung Yuri, tidak seperti dulu. Ia juga bisa menopangku badanku dengan pegangan yang lebih kuat.



******

Aku masuk ke dalam kamar sambil mengeringkan rambutku yang masih basah.  Yuri tampak sedang membaca buku diatas kasurnya.
“Kamar mandinya sudah kosong…,” ujarku.
“um…,” jawab Yuri tanpa menoleh kearahku. Aku terdiam terpaku dan terus menatapnya. Entah mengapa, aku ingin sekali memandang wajahnya. Melihat senyumnya yang tulus itu.
“Yuri...,” panggilku pelan.
Yuri akhirnya mengalihkan pandangannya kearahku. “Arigatou…” ujarku pelan.
iie (nggak masalah)…” jawabnya kembali membaca buku.

Aku tak mengerti apa yang aku pikirkan saat ini. Otakku seakan mengontrol tubuhku untuk berjalan mendekati Yuri. Dengan pelan aku memeluk Yuri dari belakang. Yuri tampak terkejut dengan apa yang aku lakukan.
“Saku-chan…daijoubuka? (apa kamu baik-baik saja?)
chotto dake (sebentar saja)… biarkan aku memelukmu sebentar,” ujarku menyenderkan kepalaku di punggung Yuri. Merasakan kehangatan dari tubuhnya.

Yuri melepaskan tanganku yang merangkulnya, dan membalikan badannya hingga ia bisa menatapku. Ia menarik pelan tanganku hingga aku terjatuh dalam pelukannya. Aku bisa mendengar detak jantung Yuri dengan begitu jelas.
Gomenne…” pungkasnya. Aku menatap Yuri, “Harusnya aku tidak membiarkan kamu pergi dengannya.. harusnya aku memenangkan pertandingan itu,” sambungnya.
Iie (tidak)…justru…” mataku terbelalak seketika bibir Yuri menyentuh bibirku bagaikan sebuah sengatan listrik mengalir ke seluruh tubuhku. Yuri menjauhkan wajahnya dengan perlahan.
“yuri-chan…”
Yuri menatapku, “aku tahu… ini salah… aku sudah mencoba untuk menahan perasaan ini…gomen saku… tapi…”

AKU TAHU APA YANG AKU LAKUKAN INI, GILA!!! AKU MENCIUM SAUDARA KEMBARKU SENDIRI.
Tapi aku rasa, apa yang aku rasakan saat ini sama seperti yang dirasakan Yuri.
Yuri membalas ciumanku dan mulai menjamah bagian leherku dengan bibirnya yang lembut. Kami mulai terhanyut dalam suasana.  Kami tidak bisa membendung lagi perasaan ini. Yappari… Aku mencintainya… aku mencintai Yuri… aku mencintai kakakku … kembaranku…
Yuri membaringkanku di atas kasur, Ia membuka perlahan kancing baju tidurku sembari terus mencium bibir, leher hingga kebagian dadaku. Yuri melakukannya dengan sangat lembut, seperti tak ingin membuatku merasa kesakitan.
Tiba-tiba geraknya terhenti. Yuri memandangku sejenak kemudian menghela napas. Ia membalikan badannya dan terduduk lesu di sampingku, wajahnya tertuduk penuh sesal. “Yappadameda(sepertinya memang nggak mungkin)” pungkasnya dengan suara pelan. “Kita tak seharusnya melakukan ini... gomenne Saku…” peluhnya.
Aku bangkit dari tidur dan memperbaiki pakaianku. Aku merangkul lengan Yuri dan menyandarkan kepalaku di bahunya. Aku paham apa yang ia rasakan, sangat paham...
Kami hanya menghabiskan malam sembari berpelukan. Tanpa sadar kami pun tertidur sampai pagi..

15.jpg

つづく
NEXT CHAPTER: http://aichankawaii.livejournal.com/10399.html

Profile

aichankawaii: (Default)
aichankawaii

May 2017

S M T W T F S
 123456
7891011 1213
14151617181920
21222324252627
28293031   

Most Popular Tags

Style Credit

Expand Cut Tags

No cut tags
Page generated May. 18th, 2025 06:38 am
Powered by Dreamwidth Studios