aichankawaii: (Default)
[personal profile] aichankawaii
This is special Fanfiction for [livejournal.com profile] nichan91
otanjoubi omedetou~~!!!! kamu tambah tua

12973115_1327141483969188_1657682535860064230_o.jpg
Genre: Romantis
Rating: NC-17
Author: Ai Chan Kawaii
Summary: When an Idol falling in love with you
Pemain:
Hashimoto Rin (Lin Ni Li)
Yamada Ryosuke


Tanpa persetujuanku, Okaasan, Otousan dan Kanna pergi meninggalkanku begitu saja. Masalahnya adalah...AKU HANYA BERDUA DENGAN RYOSUKE!!!!!

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?," pikirku sambil melihat sekeliling rumah.
"Rin chan!" aku terperanjak mendengar suara itu. Mataku dan Ryosuke bertemu. Ryosuke melangkah maju ke arahku, sementara aku dengan sigap menyilangkan tanganku ke bagian dada.
"Jangan pernah berharap kamu bisa menyentuhku!" seruku. Ryosuke tertawa kecil melihat reaksiku. Ia lewat disampingku dan menepuk pelan kepalaku.

"Aku lapar.." ujarnya menuju dapur. "Kamu mau makan apa?" tanyanya.
"Ah... sini biar aku buatkan sarapannya," jawabku bergegas membuka kulkas. Aku melihat bahan-bahan makanan  yang tersisa. Okaasan tega, ia bahkan tak meninggalkan banyak bahan makanan yang bisa kumasak.
Tiba-tiba kepala Ryosuke sudah berada disamping kepalaku. "hmmmm...." gumamnya yang membuatku terperanjat lagi.
"Apa Yang kamu lakukan? jangan mencari-cari kesempatan!"
Ryosuke tertawa. "Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan dari tadi? tenang aku tidak akan menyetuhmu. Aku hanya ingin mengambil ini kok," Ia kemudian mengambil telur, dan beberapa sayuran yang ada di dalam kulkas.

Aku terdiam dengan takjub. Pria ini ternyata sangat pandai memasak. Ryosuke memecahkan semua telur yang diambilnya dalam mangkok, memotong sayuran dengan lihai, menggoreng nasi dan memasukan bumbunya, hingga semuanya berubah menjadi sebuah omurice.
"ka...kamu seorang koki?"
"hahaha, tidak, aku hanya suka memasak. Duduklah! sebentar lagi selesai," pintanya masih sibuk bergelut dengan semua bahan makanan.

Aku…aku tidak mungkin hanya diam saja seperti ini.
"kamu mau kopi?" tanyaku.
"hmm... boleh"
Aku tersenyum dan mulai menyibukan diri membuat kopi.

*******

Ryosuke terus menatapku dengan rasa penasaran. Aku menyendok omurice dan perlahan memakannya.
"oishii?" tanyanya harap-harap cemas menunggu jawabanku.

Aku sungguh tak percaya, untuk buatan seorang pria, ini SANGAT ENAK!!!
Aku tersenyum, "oishii!" jawabku berbinar.

"Yokatta..." Ryosuke tersenyum lega. Ia pun mulai melahap omurice buatannya dengan lahap. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya.
"nani? apa Kamu mulai jatuh cinta denganku?" tanyanya membalas tatapanku.
"Apaan? tidak sama sekali," jawabku gelagapan. Aku pun melanjutkan makanku tanpa berani menatap orang itu lagi. Kami pun menikmati sarapan dalam diam.



*******

Aku hanya berdiam diri dalam kamar. Aku tak ada jadwal kuliah hari ini, tapi aku tak berani keluar hanya untuk bertemu dengan anak itu. Baiklah, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri lagi. Jantungku berdebar tiap kali aku melihatnya.

"Yo Dai chan!!! doushita? (ada apa?)" terdengar suara Ryosuke di depan kamarku. Mungkin karena rumah terlalu sepi, suara ketika ia menerima telepon dapat terdengar jelas dari kamarku.

"Entahlah..aku belum memutuskan kapan akan pulang. Kau merindukanku? hahahha,"
Rasa penasaranku membawa badanku untuk mendekat ke pintu.  "Stroberi? baiklah aku akan membawakan untukmu. Disini stroberinya sangat enak!"
"Siapa ya? Kanojo? (pacar?)," pikirku. Yapparine (seperti yang kuduga)... pria tampan, ramah, dan lembut seperti dia pasti sudah punya pacar.
TUNGGU RIN, APA YANG KAMU LAKUKAN DISINI? TAK SEHARUSNYA KAMU MENGUPING PEMBICARAAN MEREKA.

"Hai, hai, saat sudah sampai Tokyo, aku akan ke Apartemenmu!"
"Apartemen!???" gumamku dalam hati.

Aku membuka pintu dengan kesal. Ryosuke yang kaget langsung menoleh ke arahku. Aku menatapnya dengan wajah jutek, dan berjalan menuju kamar mandi.
"Dasar! semua pria sama saja!"

*******

Malamnya....
Terus berada di kamar bosan juga. Aku seperti mati gaya. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Biasanya aku betah-betah saja berada di kamar, tanpa melakukan apapun. Tapi hari ini kenapa berbeda?

Aku mencoba mengintip keluar kamar. Koridor depan kamarku sepi.
Aku perlahan keluar dari kamar. Ternyata Ryosuke sedang duduk di balkon rumah. Aku melihat punggung pria itu dari kejauhan.

Aku berjalan menuruni tangga dan menuju dapur. Aku membuat dua cangkir coklat manis hangat dan membawanya ke Balkon. Ryosuke tampak duduk bersandar di pagar balkon sambil memandang langit.
"Apa kamu mau minum coklat?," sapaku dibelakangnya. Ryosuke tampak terkejut dengan kedatanganku.
Aku memberikan secangkir coklat yang aku buat tadi pada Ryosuke. "Wah Arigatou Rin Chan," ucapnya senang.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku.
"Tidak ada, aku hanya suka melihat pemandangan dari sini. Apalagi disini udaranya begitu segar," jawabnya sambil menghirup wangi coklat dari cangkir yang dipegangnya.
"Soudesuka (begitukah?). Aku juga suka melihat bintang. Setiap malam aku selalu melihat langit malam dari jendela kamar. Kali saja aku bisa melihat bintang jatuh," ujarku sambil tersenyum memandang langit malam.
"Jadi kamu percaya dengan bintang jatuh?"
"um.. sayangnya sampai saat ini aku belum pernah melihatnya,"
"Kalau kamu bisa melihatnya. Apa yang ingin kamu minta?," tanya Ryosuke.
"hmm... apa ya.... " aku menopangkan daguku dan memandang ke langit. "Rahasia," jawabku menoleh ke Ryosuke dan tertawa.
"ck,dasar kamu ya... membuatku penasaran!"
"Kata orang, keinginan tidak boleh diberi tahu ke orang lain, karena nanti tidak akan terkabul," pungkasku.
"Soudesuka," Ryosuke mengangguk.



"Ne..Rin chan... kareshii ga iru? (apa kamu punya pacar?)"
"eh?" aku kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba Ryosuke. 
"Kalau aku boleh tahu sih," ujar Ryosuke tersipu malu.
Aku menunduk. "inaiyo (nggak ada).." jawabku simple dan kembali menatap langit. "Aku bukan gadis cantik dan populer, yang disukai banyak pria. Dari kecil aku tinggal di pinggiran kota dan tak punya banyak teman. Sementara teman-teman sekolahku sudah pindah ke Tokyo atau kota besar lainnya.  Jadi aku tidak tahu cara bergaul dengan orang," jawabku sambil tersenyum. "Yamada-kun, kamu sudah punya pacar, bukan? Pria sepertimu pasti disukai banyak gadis,"
"Inaiyo (nggak ada kok).." ujarnya sambil menyeruput coklat.
"uso (bohong). Tadi aku tidak sengaja mendengar kamu menelepon pacarmu," sambarku.
"Hah? kapan?"
"Tadi Siang..." jawabku pelan.
Ryosuke tertawa terbahak-bahak. "aaah...Dai chan? Hahaha,"
Aku cemberut melihat Ryosuke yang tertawa begitu puas. "Bukan... dia hanya rekan kerjaku," jawabnya.
"oh... tapi bisa saja kan, dari teman menjadi cinta.." ujarku ceplas ceplos, dan Ryosuke tertawa makin keras.

"ano ne Rin chan..muridayo..muri.... (Kamu tahu Rin Chan…itu tidak mungkin, mustahil)"
"doushite? (kenapa?)," aku mencibirkan bibir..
"Otoko dakara... (karena dia cowok)," tawa Ryosuke kembali pecah.

"Heeeeeeeeee????????!!"
Aku tak bisa menutupi rasa maluku. Dasar Rin bodoh! Bisa-bisanya kamu sampai salah mengira seorang cowok sebagai kekasih Ryosuke.
"Kamu cemburu?" goda Ryosuke.
"Buat apa aku cemburu, aku bahkan bukan siapa-siapamu," aku bahkan tertegun dengan kata-kataku sendiri.

Sementara lelaki ini hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Rin, ngomong-ngomong kamu tidak pernah menonton televisi?"
"eh? tidak..aku jarang bahkan hampir tidak pernah melihat televisi. Aku lebih suka membaca buku di kamar," jawabku.
"oh pantas saja..,"
"memang kenapa?" tanyaku kepo.
"Tidak...tidak apa-apa.."



*******

Aku tidak mau membuat kesalahan untuk kesekian kalinya. Aku telah merapikan dandananku dan memakai Bra sebelum keluar kamar.  Koridor sepi, apakah Ryosuke belum bangun ya? Mencoba tak peduli, Aku berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Saat aku hendak membuka pintu geser kamar mandi, pintu itu terbuka lebih dulu. Dan sosok Ryosuke yang tanpa mengenakan pakaian... Ah maksudku tanpa penggunakan atasan berdiri tepat di depanku.  Badan bidang dan perut sixpack-nya terlihat dengan jelas.

Aaaack!!
Aku spontan menutup mataku dan berbalik badan. "Apa yang kamu lakukan tanpa menggunakan baju!!" teriakku.
Tetiba sebuah handuk basah mendarat di atas kepalaku. Ryosuke berjalan melewatiku menuju kamarnya.
Wangi.... itu kesan yang aku rasakan. Aku membuka mataku perlahan, punggung putih mulus namun bidang dan berotot masih terlihat begitu jelas di mataku.
Aku melepaskan handuk basah di kepalaku dan memandangnya terpaku.


*******

Baiklah aku tidak bisa menutupi pipiku yang masih bersemu merah. Aku bahkan tak bisa merasakan rasa selai roti yang sedang aku makan. Sementara, Ryosuke hanya duduk di depanku sambil sibuk memainkan HP-nya.
"Rin Chan, apa kamu sudah mendapat kabar dari Ojisan , kapan mereka akan pulang?"  tanya Ryosuke memecah suasana.
Aku menggelengkan kepala sambil terus mengunyah. "Belum, keadaan Obaasan pasti sangat parah kalau mereka sampai tidak sempat meneleponku," jawabku.
"Souka. Semoga Obaasan tidak apa-apa ya,"  pungkasnya. "Hari ini kamu kuliah?"
"um... hanya ada satu mata kuliah. Kamu, apakah mau pergi ke suatu tempat?" balasku.
"Masih belum tahu, mungkin aku akan menunggu rumah saja hari ini. Lagi pula aku lagi malas keluar," ujarnya lagi.
"Tidak apa kalau kamu sendirian di rumah? Apa aku harus bolos kuliah hari ini?"
Ryosuke tertawa dan bangkit dari tempak duduknya. "Bilang saja kamu mau bolos kuliah..," Ryosuke menepuk pelan kepalaku sambil berlalu dan duduk di sofa dekat televisi. 
"Yasudah aku berangkat, ittekimasu" ucapku menjaga gengsi.
"itterashai.."

*******

Kuliahku hari ini terasa begitu lambat dari biasanya. Apa karena jiwa, pikiran dan tubuhku berada di tempat yang berbeda. Ok baiklah, aku mengaku, aku kepikiran dengan Ryosuke dan ingin cepat pulang ke rumah. Entah apa karena aku memang rindu padanya dan ingin segera melihat wajahnya lagi, atau hanya karena aku mencemaskannya berada di rumah sendirian.
Sepertinya alasan kedua, sungguh tidak masuk akal, kan? Ingat Rin, ia bukan anak kecil seperti Kanna.

Aah... kapan kuliah ini berakhir.. Semua pelajaran yang dijelaskan oleh dosenku bahkan tak satu katapun nyantol dalam otak. Masih 10 menit lagi, tapi terasa seperti 1 jam saja.

"Baik.. kelas hari ini berakhir sampai sini. Jika tidak ada pertanyaan lagi, kalian sudah boleh bubar," kata-kata yang kutunggu akhirnya keluar juga.
Aku membereskan semua barangku dan bergegas pulang. "Ne ne ne... tadi pagi kamu nonton Inoo-chan di mezamashi TV? Chooo kawaii (imut banget)," cerita tiga orang gadis di kelasku dengan heboh. Aku bahkan tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Oh mungkin idola-idola yang sedang ngtren belakangan ini. Apa itu namanya, AKB48? entahlah....

Aku lebih baik segera pulang ke rumah. 
Aku berlari menuju tempat parkir sepeda dan langsung mengayuhnya dengan kecepatan yang lebih cepat dari biasanya. Tidak membutuhkan waktu hingga 15 menit, aku sudah sampai di depan rumah. Aku melirik ke atas balkon, tapi tak ada seorangpun di sana. Aku berdiri sejenak di depan pintu untuk mengatur napasku yang masih tersengal-sengal.

Setelah aku bisa bernapas dengan normal, aku membuka pintu rumah perlahan, "Tadaima,"
Rumah terasa sepi dan agak gelap. Tak ada suara yang terdengar, Ryosuke bahkan tidak membalas salamku.  Apa mungkin dia sedang pergi keluar?
Aku membuka sepatuku dan menggantinya degan sandal. Kalau tahu dia pergi begitu saja, buat apa aku bergegas pulang ke rumah? huff...

Aku masuk ke ruang tengah, dan sedikit terkejut melihat sosok pria yang sedang tertidur pulas di sofa. Ya Tuhan.... Lagi tidur pun pria ini terlihat begitu tampan! Aku merasa jantungku kembali berdegup cepat.



Entah apa yang aku pikirkan, aku tak bisa menahan kakiku untuk tidak melangkah maju mendekatinya. Dengan pelan aku duduk di samping sofa, dan memandang wajah itu.
RIN... APA YANG KAMU LAKUKAN!!  Aku bahkan tak bisa menahan diri untuk mencoba menyentuh wajah itu...
RIN STOOOOPP!!!!!
Aku menghela napas pelan, dan menjauhkan jemariku sebelum benar-benar menyentuh wajah itu. Baiklah sepertinya aku mulai gila! Tak seharusnya aku disini...

Aku mencoba bangkit sebelum tanganku tiba-tiba disentuh oleh Ryosuke yang kemudian menarikku hingga aku terjatuh diatas dadanya. Kedua tangan Ryosuke kemudian mendekapku dengan erat sehingga aku bisa mendengar dengan jelas bunyi detak jantung pria ini.
"Ka...kamu tidak tidur?"
"Napasmu yang lembut membangunkanku," jawabnya.
"Lepaskan aku," aku coba memberontak pelan. Ryosuke justru mendekapku lebih erat.
"Tetaplah seperti ini, sebentar saja..," Ryosuke mengelus pelan rambutku.

Aku tak tahu, detak jantung siapa yang lebih cepat,  aku ataukah Ryosuke. "tapi..."
"Apa kamu tidak menyukaiku?" tanya Ryosuke.
"Bukan itu... tapi...."
"Lalu kenapa?"
"ka...kakiku..kesemutan.."

Ryosuke segera melepaskan dekapannya. Ya..posisiku memang bukan dalam posisi yang nyaman. Ryosuke bangkit dari tidurnya begitu juga aku yang langsung memperbaiki posisi dan duduk disampingnya.
"Kau sungguh tidak bisa mengikuti suasana," pungkas Ryosuke kecewa.
"Siapa suruh kau main menarikku begitu saja," ocehku sambil menggerakan kakiku yang masih kesemutan.

Deg! Deg! Deg!
Kini detakan jatungku berdebar 1000 kali lebih cepat!!!!!

Ciuman pertamaku....
Mataku terbelalak sesaat bibir lembut Ryosuke tiba-tiba menyentuh bibirku. Ini...bukan...mimpi... kan?



Ryosuke menjauhkan sedikit wajahnya dan menatapku. pandangan kami bersatu dalam beberapa detik. Ryosuke tersenyum, tangannya mengelus wajahku dan kini kurelakan ciuman pertama dan keduaku padanya.....

Ryosuke terus menciumku dan membaringkan badanku dengan lembut di sofa. Kini wajahnya sudah tepat berada di atas wajahku. Aku bisa dengan jelas melihat wajahnya yang tersenyum lembut padaku.

"ii desuka? (apakah tidak apa-apa?)" tanyanya dengan suara yang begitu halus.
Aku...aku tak tahu harus menjawab apa. Mulutku terasa kelu untuk mengeluarkan kata-kata. Aku hanya bisa menyentuh tangannya yang halus.  Aku meletakkan tangannya di dadaku. Ryosuke menatapku sedikit tak percaya. Aku menganggukan kepalaku.

Ya, semakin aku melihatnya, aku tak merasakan rasa takut apapun. Ryosuke tersenyum, jemari tangannya mulai menari di bagian leher dan daerah intimku. Aku dapat merasakan kehangatan sentuhan kulit serta bibirnya yang menyatu dalam relung sanubariku.

***

Aku masih tak percaya aku bisa jatuh dalam pelukan pria yang bahkan aku belum tahu siapa dia yang sebenarnya. Aku menyandarkan kepalaku di dadanya dan memeluk Ryosuke lebih erat. Aku bisa merasakan keringat yang keluar dari kulit tubuhnya yang menempel di pipiku.
Ryosuke mencium rambutku dengan lembut. "ne.." ucapku pelan...
"nani? (kenapa?)"
"Harusnya kita melakukannya di kamar.." protesku. Ya, gerak kami hanya terbatas dengan luasnya sofa yang tidak terlalu lebar.
"Karena aku tak kuat untuk menggendongmu ke atas," celetuk Ryosuke.
Aku mencubit pelan pinggang pria itu yang langsung meringis kesakitan. "Bercanda...becanda..." Ryosuke tertawa dan kembali memelukku.

Kriing... kriing....
Suara telepon rumah berbunyi.  Aku mendongakan kepalaku dan kami saling menatap sejenak. Ryosuke bangkit dari sofa untuk menerima telepon, sementara aku memakai kembali  pakaianku.

"Halo...ini rumah keluarga Hashimoto," jawab Ryosuke mengangkat telepon. "Ah.. Obasan! Apa kabar? Rin? ah Rin-chan masih belum pulang kuliah. mungkin sebentar lagi," 
Aku hanya bisa tertawa tanpa suara mendengar jawaban Ryosuke. Entah apa yang dibicarakan Okaasan pada Ryosuke, yang jelas pria itu hanya mengangguk saja, sampai akhirnya menutup telepon.
Ryosuke berjalan ke arahku dan duduk disampingku. "Orang tuamu pulang besok pagi," ujarnya santai.
"Yokatta, berarti Obaasan sudah sehat,"
Ryosuke menyentuh jemari tanganku, "padahal aku masih ingin berduaan denganmu, hahaha," pungkasnya yang membuatku tersipu malu. Aku merangkul lengan Ryosuke yang cukup berotot itu dan menyandarkan kepalaku di bahunya.

Dan kami kembali berciuman...

つづく


NEXT CHAPTER: http://aichankawaii.livejournal.com/8712.html

Profile

aichankawaii: (Default)
aichankawaii

May 2017

S M T W T F S
 123456
7891011 1213
14151617181920
21222324252627
28293031   

Most Popular Tags

Style Credit

Expand Cut Tags

No cut tags
Page generated May. 18th, 2025 03:26 pm
Powered by Dreamwidth Studios